"Kantong Seni di Sudut Selatan Jakarta Terdapat di bilangan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, satu kafe bersiap jadi tempat tinggal untuk beberapa penggiat seni. Kafe yang dinamakan Pavilun 28 ini begitu kental bakal sentuhan nunsa tempo dahulu. Bermacam property yang menghiasi di tiap-tiap pojok bangunan memberikan kekhasan itu.
Kecintaan yang memiliki kafe, Eugene Panji dalam mengoleksi beragam mebel ikut memengaruhi design interior. Seperti penempatan skuter putih dari th. 1964 di samping bar, beragam teko, toples kuno serta keranjang-keranjang ayam yang beralih manfaat jadi lampion unik.
" Dari pertama sebenernya bukanlah pingin vintage namun lantaran saya sukai vintage mebel serta itu sesuai sama bila di letakkan di kafe agar buat orang homie serta tidak berjarak bila pengunjung ingin makan disini, " papar Eugene yang didapati di kafenya Kamis, 28 April 2016.
Pria berkacamata ini mengungkap lebih suka berasumsi kafenya sebagai kantong budaya. Pasalnya, ia senantiasa berupaya untuk berkelanjutan mensupport aktivitas kreatif yang bernilai budaya. Terutama di kelompok anak-anak muda yang aktif berkarya, tetapi belum mempunyai ruangan untuk beraksi.
Beragam komune sinematografi, fotografi, ilustrasi maupun bebrapa grup yang tertarik untuk membedah buku siap difasilitasi gratis ditempat ini. Begitu halnya pemain musik jazz bisa menghadirkan pertunjukannya tiap-tiap kamis malam mulai jam 20. 00.
" Aktivitas reguler itu sinema tiap-tiap rabu muterin film Indonesia, kami datangkan sutradara, pemain atau pekerja film yang terkait sama film yang ingin di bedah. Kamis itu Paviliun 28 jazz nite. Ad juga komune wayang papar dari barang recycle gitu, " paparnya.
Kafe yang di bangun mulai sejak Juli 2014 ini siap menyimpan 80 orang di ruang paling utama. Sedang untuk bioskop mininya berkapasitas sampai 35-40 orang. Diluar itu masihlah ada pula sekat-sekat ruang yang satu diantaranya ditujukan untuk penggemar kamera analog.
" Ide awalannya lantaran di Jakarta tidak ada tempat seni yang dapat buat ngumpul. TIM telah tidak menarik lantaran jadi heterogen, " tuturnya memberikan.
Lukisan-lukisan yang dipajang di tembok bata merah memberi nuansa classic. Kursi-kursi juga di desain memakai kursi rotan serta kayu yang di buat mulai sejak th. 1950-60an. Lantas ada satu bangku kecil unik yang diperoleh dari sekolah TK China di Semarang pada th. yang sama.
Eugene mengaku kecintaan pada dunia memasak membuatnya terjun ke dunia kuliner. Hingga tiap-tiap resep yang dihidangkan di kafe ini adalah hasil dari kreasi menu yang dibuatnya. Bahkan juga, untuk beberapa orang yang berhobi sama dengannya bisa ikuti aktivitas bedah masakan Indonesia.
Dalam mengemas makanan, Kafe ini begitu memprioritaskan kekayaan kuliner Indonesia. Bahkan juga dengan cara tegas, Eugene mengungkap tidak punya niat untuk mendatangkan menu-menu barat seperti humberger.
" The most wanted nasi krengseng. Nasi putih dengan toping daging kambing goreng dengan sambal dabu-dabu. Inspirasinya dari ciri khas dari Betawi bila cocok isul adha motong kambing, nah tetelannya itu di goreng dikonsumsi sambel kecap namun kita kreasikan pakai dhabu-dhabu, " katanya.
Diluar itu sebagian menu yang juga laku dipesan salah satunya ada nasi melayu, nasi semerawut, pisang santen dari Halmahera, pisang goreng nutela, singkong goreng serta tahu pong.
" Sedang bila minuman kita yang banyak dipesen itu green tamarin di buat dari kunyit asem, sawi sama madu, lime serta bagus untuk melancarkn pencernaan, " tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar