Penutupan operasi pesawat type F-28 ini diikuti dengan penerbangan paling akhir dari Lapangan terbang Adisutjipto Yogyakarta ke arah Lapangan terbang Soekarno-Hatta Cengkareng, Jakarta. Pemberangkatan dikerjakan memakai pesawat F-28 seri PK-GKZ seputar jam 10.00 WIB. Ikut ikuti penerbangan itu, tidak hanya Abdulgani, ada Rudi A Hardono, Direktur Operasi Garuda serta Richard Budihadianto S, Direktur Tehnik Garuda. Perjalanan sepanjang 50 menit ini diterbangkan oleh Noor Wahjudie, Chief Pilot F-28 Garuda.
Menurut Abdulgani, pesawat berpenumpang 85 orang ini, telah bekerja semenjak 1984. Diinginkan berhentinya operasi pesawat ini, akan membuat timbulnya sasaran pasar baru pada beberapa bussines travelers di bidang domestik. “Para pemakai Garuda supaya bertambah nyaman serta ketepatan dalam melakukan penerbangan dengan kami,” katanya.
Tidak hanya penambahan service, Abdulgani menjelaskan, penerapan phase out pesawat F-28 itu adalah sisi dari usaha Garuda menyederhanakan type serta type armadanya. Perusahaan ini diinginkan cuma menjalankan beberapa type pesawat seperti Boeing serta Airbus saja. “Kita ingin semua pesawat yang bekerja seragam,” tuturnya.
Tidak beroperasinya lima pesawat Fokker-28 itu, kata Abdulgani, membuat kemampuan armada Garuda jadi 44 buah pesawat. Ini terbagi dalam B-747-400 (4 buah), B-747-200 (4 buah), A-330-300 (6 buah), DC-10-30 (5 buah), B-737-300 (14 buah), B-737-300 (7 buah) serta B-737-500 (5 buah). Sesaat lima pesawat F-28 yang diberhentikan operasinya, type F-28 MK 3000 (3 buah) serta F-28 Mk 4000 (2 buah). Awalnya Garuda tidak menjalankan pesawat type DC-9 serta B-737-200.
Rudi A Hardono menjelaskan, pesawat F-28 Garuda sepanjang bekerja memperoleh perawatan teratur. Salah satunya pre flight cek (PFC) tiap hari saat akan terbang serta A-check setiap saat selesai penerbangan. Pesawat F-28 memperoleh perawatan berjangka B-check tiap 125 jam terbang, C-check tiap 250 jam terbang, 1/2 E-check tiap 6.000 jam terbang serta E-check tiap 12 ribu jam terbang.
Hardono menjelaskan, pesawat F-28 mulai dihadirkan semenjak tahun 1971 sampai tahun 1984. Mulai 1977, kehadiran pesawat F-28 adalah penyelesaian program jetisasi semua pesawat yang bekerja. “Sebelumnya masih ada pesawat non jet (propeller atau baling-baling),” katanya.
Sesudah tidak bekerja, lanjut Rudi, gagasannya pesawat F-28 akan disimpan di Hangar 2 lapangan terbang Cengkareng. Gagasannya pesawat yang dibeli baru pada harga US$ 10 juta itu akan di jual seharga US$ 1,5 juta. “Tapi selama ini masih belumlah ada yang lakukan penawaran,” katanya. (E. Karel Dewanto)
"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar